Minggu, 27 Juni 2010

GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU DAN SEKITARNYA

GEOLOGI REGIONAL
(lap. struktur BATUKALASI kec. MALUSETTASI kab. BARRU)

Geomorfologi Regional

Bentuk morfologi yang menonjol didaerah ini adalah kerucut Gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 meter diatas permukaan laut. Kerucut Gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan masih mempelihatkan bentuk aslinya dan tersusun oleh batuan gunugapi berumur Pliosen.

Dua bentuk kerucut tererosi lebih sempat sebarannya terdapat disebelah barat dan disebelah utara gunung Lompobattang. Disebelah barat terdapat gunug Baturape mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah barat terdapat gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen.

Di bagian Utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh tofografi karst yang dibentuk oleh batugamping formasi Tonasa. Kedua daerah bertofografi karst ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi yang berumur Miosen Bawah sampai Pliosen.

Di sebelah barat gunung Cindako dan disebelah utara Baturape merupakan daerah berbukit yang halus dibagian Barat. Bagian barat mencapai ketinggian Kira-kira 500 meter diatas permukaan laut dan hampir merupakansuatu dataran. Bentuk morfologi ini tersusun oleh batuan klastik gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit yang memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan Baturape berupa retas-retas Basalt.

Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut, beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di bagian timurnya terdapat bukit-bukit terisolir yang tersusun oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen.

Pesisir barat ditempati oeh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum barat laut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk. Daerah ini tersusun oleh batuankarbonat dari Formasi Tonasa.

Stratigrafi

Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.

Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.

Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.

Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m – 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.

Struktur Geologi Regional

Batuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu. Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan.

Lembah Walanae di Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika formasi Salokalupang di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di sebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae merupakan paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat dataran.

Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta, yang bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru, sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamaseng.

Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen Awal yang diikuti oleh tektonik yang mengakibatkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan dimana formasi Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi pada awal Miosen tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen.

Menurut cekungan Walanae dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah Bartnya dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen.

Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanya terjadi endapan alluvium dan rawa-rawa.

---------------------------------------------------
GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU
(lap. X-Map dusun DACCIPONG desa ANABANUA kec. BARRU)

Geomorfologi Regional

Lokasi penelitian termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi. Dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisah oleh lembar sungai Walanae.

Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit dibagian utara. Puncak tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-rata 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan dibeberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karts yang merupakan pencermin adanya batugamping. Diantara topografi karst di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh Pra Tersier. Pegunungan ini di bagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene, Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran sekitarnya.

Stratigrafi Regional

Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung ,lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.

Qac : Endapan Undak; kerikil, pasir, dan lempung membentuk daratan rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda.

Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung; konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat ; berlapis dengan tebal antara 4-100 cm. tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basalt dengan ukuran antara 2 – 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan mollusca; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan batuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah-Miosen Akhir (N.9-N.15)pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan batuan ini sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa (Tem), mendatar berangsur-angsur berubah menjadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw), diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.

Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung Moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.

Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.

Temt : Formasi Tonasa; batugamping koral pejal sebagian terhablurkan berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastik dan kalkarenitberwarna putih, coklat muda dan kelabu sebagian berlapis, berselingan dengan Napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran.

Berdasarkan kandungan fosilnya kisaran umur Eosen Awal-Miosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan berupa neritik dangkal hingga dalam dan lagoon. Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Mallawa dan tertindih tidak selaras dengan Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas, dan sctock batuan beku yang bersusunan basalt, trakit diorit

Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m – 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.

Struktur Geologi Regional

Batuan tua yang masih dapat diuketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih tidak selaras oleh batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih mudah. Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman kapur Akhir.

Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Malllawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal Eosen

Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tewktonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal.

Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan tewrjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae di batasi oleh dua sistem sesar normal yaitu sesar walanae dan sesar Soppeng.

Sesar utama berarah utara barat laut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-kapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan mencorong, kemudian besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.

-----------------------------------------------------------
PENELITI TERDAHULU GEOLOGI REGIONAL BARRU DAN SEKITARNYA

Sebelum pelaksanaan praktek lapangan yang dilakukan pada daerah penelitian, terdapat beberap ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada daerah tersebut.

1. VAN BEMMELEN, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi.
2. DJURI dan SUJATMIKO, 1974, meneliti geologi lembar Pangkajene dan bagian barat lembar Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000.
3. S. SARTONO dan K.A.S. ATADIREJA, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan dan Tenggara.
4. SURTONO dan ASTADIREJA, 1981, Meneliti Geologi Karst Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
5. RAB. SUKAMTO, 1982, membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi Selatan